Katakan....
Mereka menyuruhku mengatakan
namun aku wanita, wanita tidak mengatakan
Kejar...
Dia suruh aku mengejar,
hai aku perempuan timur,
ia tak mengejar, perempuan timur itu dikejar
Tunggu
wanita di ujung sana menyuruh untuk menunggu
itu lebih sakit dari pada harus mengejar
suatu keadaan sia-sia dan aku akan menua karenanya
Sejenak mereka berpikir dan berkata
' Aku binggung masih saja ada perempuan yang memendam'
Dipendam
Kurasa tak segitu buruk bagi ku
setidaknya aku tak dipermalukan nafsu
yang terburu- buru itu hanya akan mendatangkan rasa ragu-ragu
Lalu?
Setelah kau pendam apa akan ada kepuasan?
Bukankah hanya akan mendatangkan kesakitan yang mendalam?
atau
kau bisa melepaskan?
Melepaskan..
Kurasa itu saran yang lebih rasional, setidaknya aku tak perlu mencari muka
berlari dan mencari celah dinding untuk bersembunyi atas kebodohan untuk mengatakan
bukankah dengan melepaskan akan ada keikhlasan didalamnya
melepaskan lalu perlahan aku akan melupakan
setidaknya aku tak terburu-buru dan menanggung malu.
I am Thinking a Loud
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam
hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan
dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa
wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi
saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian
dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik... <3 font="" nbsp="">3>
Subscribe to:
Posts (Atom)