DearAbang |
Hai....
Apa kabar? Bagaimana harimu, melelahkan atau mengembirakan?
Hai...
Aku rindu
Kapan kita bisa bertemu?
Malam ini aku ingin bersamamu, memelukmu, mencium aroma tubuhmu, bercerita panjang denganmu, boleh?
Hai Abang, dua bulan yang lalu aku membaca suratmu, sekarang izinkan aku untuk membalasnya.
Mungkin tidak semanis bait-bait puisi, dan tak seindah isi suratmu. Namun Abang, ini ku tulis dari lubuk hati (ceileh bahasanya cui). Entah kita sudah bertemu atau belum, entah kita berjodoh atau tidak, tapi tak ada salahnya bukan kau baca balasan surat dariku.
Abang,
Aku tahu aku tak rupawan, wajahku biasa saja, bahkan aku minder dengan diriku sendiri.
Aku pun tak kaya, hidupku sederhana saja. Yang penting aku bersyukur dan masih bisa memberi.
Aku bukan gadis pintar dalam segala hal, bahkan menanak nasi saja kadang aku gagal.
Aku bukan berasal dari keluarga berada, namun aku diajarkan untuk hidup berkecukupan.
Tanggung jawabku masih ada, namun aku berusaha untuk tidak merepotkan.
Aku bukan perempuan sholeha seperti ibumu, namun aku mencoba untuk menjaga diri.
Aku juga gadis yang masih sering menangis, tapi di depanmu aku selalu mencoba tersenyum.
Abang,
Itu semua kekuranganku, masihkah kau terima aku dengan segala kurangku?
Masihkah kau mencintaiku? Jika kau masih meniramaku, maka inilah balasan atas suratmu.
SAYA bukan siapa-siapa.. SAYA hanya manusia biasa,..Saat ini SAYA punya pekerjaan. Tapi SAYA tidak tahu apakah nanti SAYA akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti SAYA akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan ISTERI dan ANAK - ANAK SAYA kelak. SAYA memang masih tinggal sama orang tua saya. Dan SAYA tidak tahu apakah nanti akan tinggal sama orang tua selamannya. Yang pasti, SAYA akan selalu berusaha agar ISTERI dan ANAK ANAK SAYA tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Sepenggal surat darimu(entah untuku atau bukan)
Aku pun bukan siapa-siapa, namun aku mencoba untuk selalu memantaskan diri untukmu
Aku tak menuntut berapa uang yang kau berikan padaku. Yang pasti aku pastikan, berapa pun itu harus cukup untuk ku, kau, anak-anakmu, dan kita. Yang kuharapkan itu semua dari keringat halalmu.
Aku tak ingin bagunan mewah nan megah cukup untukku dan kau, anak-anak kita, dan orang tua kita.
Rumah itu kita yang dirikan, selama di dalamnya ada kehangatan kau dan aku, ada senyum orang tua melihat anak-anaknya bahagia rasaku itu sudah rumah.
Bagunan yang kau dirikan jika itu megah tak berguna, tak kasihan kau melihat pinggangku yang kelak akan sering sakit karena membersihkannya!
SAYA hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihann,.SAYA menginginkan ANDA mendampingi SAYA untuk menutupi kelemahan SAYA dan mengendalikan kelebihan SAYA.
Aku jua begitu, perempuan biasa yang selalu mencoba memberikan yang terbaik untukmu, kelak. Karena ketika kita menikah kau lah surgaku. Aku tak kan menuntut kau dengan nafsuku,
aku tak ingin memberatkanmu dengan sifat manjaku. Sama sepertimu. Masih banyak kekurangan kita sebagai manusia, tapi aku janji akan ku tutupi aibmu, sebagaimana aku menutupi aibku. Akan ku kendalikan kelebihanmu agar tak ada kesombongan di antara kita.
Sebelum aku menutup suratku, ini jawaban atas pertanyaan dan pernyataan terakhirmu.SAYA hanya manusia biasa. Cinta SAYA juga biasa saja. Karena itu, SAYA menginginkan ANDA mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini agar menjadi luar biasa. SAYA tidak tahu, apakah KITA nanti dapat bersama-sama sampai mati karena SAYA tidak tahu suratan jodoh SAYA. Yang pasti, SAYA akan berusaha sekuat tenaga menjadi SUAMI dan AYAH yang baik buat ISTERI dan ANAK - ANAK SAYA...
Cintaku padamu pun sederhana saja, namun dari kesederhanaan ini aku akan menjadikannya manis sehingga tak kau cari cinta lain selain cintamu pada Rabbmu, Ibumu, dan Aku.
Aku tak bisa menjanjikan akan bersifat baik, anggun, manis dan menjadi yang terbaik.
Namun Abang,
Aku janji, akan selalu ada untukmu, akan mendo'akan semua keinginanmu, tak kan meninggalkanmu dalam keadaan apapun, menjagamu siang malam, menjadi isteri yang kau inginkan, patuh dan taat, menjadi teman tempatmu bercerita, menjadi ibu terbaik bagi anak-anak kita kelak. Berusaha menjadi sahabat dan adik terbaik bagi abang dan kakakmu, menantu yang paling bakti pada Ibumu, menjadi aunty tersayang bagi keponakanmu.
Hanya satu pintaku, apapun yang terjadi di antara kita. Entah kita berjodoh ataupun tidak.
Jangan pernah kau lupakan aku (jika kisah kita pernah ada) dan (Jika kita sudah bertemu dan mengurai kasih) JANGAN PERNAH TINGGALKAN AKU.
Bisakah kau kabulkan pintaku, jika jawabanmu "BISA"
Pintu rumah ku terbuka untuk kedatangan keluargamu, senyum hangat Ibu Ayahku akan menyambutmu, dan dengan Bismillah akan ku katakan "Aku Bersedia Menjadi Makmum-mu"
MEDAN, 13 SEPTEMBER 2015
Dariku
Yang Menantimu
0 comments:
Post a Comment