Sebulan Setelah Kita Putus

Hay.
Sebulan sudah kita resmi berpisah. Bagaimana kabarmu? Ah, masih saja aku bertanya tentang kabarmu. Malam ini aku tidak bisa tidur. Entah kenapa? Jujur, padahal hari ini aku lelah sekali.

Mataku nyalang menatap langit-langit kamar yg baru saja selesai di cat ulang minggu lalu.  Tiba-tiba saja aku teringat akan salah satu status facebookmu kala itu,
Nur + Ilham = Nuril.
Ya kau ambil singkatan dari nama depan kita masing-masing. Katamu, insyaallah itu nama anak kita kelak. Kau juga ingin menambahkan nama belakang ayahmu menjadi nama belakang anak kita. Aduh Sayang, dulu semua itu begitu indah. Angan - anganmu, mimpi - mimpimu denganku begitu indah. Jujur, aku masih ingat itu semua. Lalu bagaimana denganmu, apa kau sudah melupakan itu semua. Atau kau sudah merencanakan mimpi-mimpi baru dengan perempuan baru pula. Mimpi yg dulu begitu berwarna untukku, kini hilang mengabu bersama kepergianmu.
Ya, aku tidak akan mengungkit segala macam kenangan dan mimpi yang dulu kau katakan untukku. Itu hak mutlak darimu, entah kau akan melupakan atau mengganti dengan yg baru.
Hanya saja, terkadang dalam meniti jalan aku masih teringat akan mimpi-mimpi yang kita jalin bersama di dalam satu garis himpunan cinta.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, sudah lelah badanku menapaki hari ini. Ingin aku tidur, tapi lagi2 kau datang dalam bentuk kenangan yang menyakitkan sekaligus mengindahkan. Wahai kau pendusta disana, ku harap kau tertidur lelap di pelukan wanitamu. Hingga kau bermimpi indah dan melupakan mimpi menyakitkan yg dulu kau ukir denganku.

Sebulan setelah kamu pergi, segalanya masih sama dan begitu hampa. Menyadari bahwa kamu tak ikut terluka, membuat aku terus bertanya-tanya. Jika dari awal segalanya tak didasari cinta, mengapa kau begitu berani untuk berkata cinta? Mengapa kau begitu berani mendatangi ayahku? Jika dari awal memang dalam hatimu tidak pernah ada perasaan sayang, mengapa kamu memanggilku dengan panggilan sayang? Jika selama ini aku hanyalah pemain pendukung dalam drama kehidupanmu, mengapa seakan kau libatkan aku begitu jauh dalam dramamu?
Kamu tahu, Sayang? Tidak ada yang lebih menyakitkan, daripada berjalan terlalu jauh, lalu kautinggalkanku di tengah jalan, sebelum kita berdua sampai di tujuan. Kau tinggalkanku begitu saja. Begitu saja. Seakan kita tidak pernah memulai segalanya. Seakan aku bukan siapa-siapa. Seakan aku hanya mainanmu saja.

0 comments:

Post a Comment

Bloggerperempuan

Blogger Perempuan
 
Catatan Si Butet Blog Design by Ipietoon