Setelah Segalanya Berakhir

Hay,
Bagaimana kabarmu di sana? Bagaimana ramadhanmu tahun ini. Ya, ini ramadhan pertama kita setelah kita telak berpisah. Aku masih ingat dengan jelas, bagaimana hari-hari di ramadhan kita dahulu di lewati dengan saling mendoakan kebahagian kita. Aku masih ingat bagaimana dulu kita menghabiskan waktu mengobrol setelah ritual sahur. Lalu, setelah denganku, dengan siapa lagi kau menunggu waktu subuhmu. Apa dengan perempuan yang kau sebut tunanganmu?
Ah, apa kabar dia? Apa dia memberikan takjil berbuka padamu,karena yang ku dengar dia begitu dekat dengan ibumu. Bisa saja dia sudah mendapatkan sepatuh hati ibumu. Yang seharusnya dulu itu hanya untukku.

Hai,
Ini ramadhan hari yang ke dua. Ingin aku mengucapkan maaf lahir bathin agar setidaknya amal ibadah ku tidak ternoda dengan amarah dan benci yg mengakar padamu. Namun, rasanya benci itu buka lagi mengakar melainkan sudah menjalar di setiap saraf-saraf otakku. Jadi wajar saja jika aku enggan untuk mengucapkan maaf padamu. Entah perlu berapa ramadhan bagiku untuk melupakan dan mengikhlaskan segala kejahatan dan kebohongam yg telah kau buat. Tunggu, bukankah bagimu di kisah kita aku yang salah. Ya terserah bagaimana orang memandang sekarang, aku tak ingin mencap diriku baik.

Ini malam ramadhan ke tiga. Entah kenapa aku tiba-tiba teringat engkau disana. Apa kabar dirimu sekrang? Apa kabar laki-laki yang telah berhasil mengajarkanku terbang karena cintanya dan berhasil pula membuatku 'gila' karena cintanya.
Apa sekarang kau sudah bahagia? Apa pernah dalam tiap malam-malammu kau mengingat atau memikirkanku. Aih, terlalu naof aku utk berharap dan mengkahayalkam hal yg tak mungkin. Bukan, aku bukan mengaharapkanmu kembali ke pelukku. Jangan salah sangka dulu. Aku hanya berharap, apa kau sudah merasakan apa yg ku rasa. Apa kau sudah merasakan betapa beratnya rindu itu, betapa sakitnya hati yg telah kau lukai itu. Atau, apa kau sudah merasa kehilangan aku sekali saja. Aku rasa kau tidak pernah merasakan itu, karena ada dia yg bisa dengan gampang kau jadikan pelarian. Hehe, maafkan kata - kataku barusan, atau apa iti betul? Apa jangan-jangan terkadang dia kau jadikan pelarian. Ya, itu sih terserah padamu. Tapi saranku jangan. Cukup aku saja korbanmu.

Jika boleh aku berkata sedikit melankolis ingin aku mengakatan.

" apa kabarmu di sana? Bahagiakah kamu ketika kau memutuskan untuk mengakhiri segalanya padahal hubungan kita sedang baik-baik saja? Puaskah kau meninggalkan seseorang yang paling mencintaimu, tanpa memberi dia kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan penjelasan yang jujur? Senangkah kau menjalani hari-hari tanpa kehadiranku disampingmu? Kalau memang jawabannya iya, betapa bahagianya hidupmu sekarang. Sedangkan di sini, yang aku rasakan adalah kebalikan dari yang kau rasakan. Sepertinya memang, hanya aku yang paling sedihenghadapi perpisahan kita. "

Ketika Semua Memang Harus Berakhir

Sebulan sudah kejadian itu menghantamku, kejadian yang tak mungkin pernah ku lupa. Kau yang begitu ku banggakan, yang dengan segenap hati aku curahkan seluruh cinta tega mengakhirinya. Sesak dada tak jua hilang, bahkan setelah sebulan. Senyumku tak pernah kembali utuh, tawaku tak pernah lepas. Air mata menjadi teman setia hampir di setiap harinya. Kau lelaki yang begitu ku percaya dengan teganya menghilangkan ceriaku. Kini aku bahkan tak mengenal siapa aku.

Perempuan mana yang tak sakit hatinya melihat sebuah bukti yang dengan jelas mengumbarkan sebuah kemesraan yang seharusnya itu hanya milik kita. Aku bukan perempuan yang kuat, melihat kau dengannya berbahagia. Tiadakah kau berpikir sedikit saja tentang aku kala itu, tidakkah kau ingat tentang semua kenangan yang susah payah kita tuliskan dalam kisah cinta kita. Kau yang seharusnya membimbing kini menghilang.

Berat langkah kakiku untuk berjalan menapaki setiap jalan-jalan kehidupan. Aku lemah.
Cerita kita begitu membekas, entah dengan cara apa aku harus menghapusnya.
Ingin ku tuangkan semua yang terjadi ke dalam sebuah tulisan, namun jari-jariku terlalu kaku untuk menulis.
Tiada pernah mengering air mataku kala menyendiri, kala mengenangmu dan semua tentang kita. Aku tak sanggup. Aku tak bisa berdusta, dulu semua itu begitu indah.

Tiada ku sangka, hari terakhir kita bertemu adalah hari penuh dengan dusta. Jika saja aku bisa berkata jujur, malam itu ingin rasanya aku memelukmu kembali dan mengatakan betapa aku merindukanmu. Ingin ku berikan kau kesempatan ke dua. Tiada ku sangka, asaku malam itu haya tinggal harap yang tiada terkabul.

Malam itu ingin aku memaafkanmu, menerimamu walau kesalahan yang kau buat begitu menyakitkan. Jujur bagiku tiada yang bisa menggatikanmu. Tapi berulang ku katakan, itu hanya harapku. Kau bukan lagi orang yang ku kenal. Kau berbeda. Entah sejak kapan, aku tak lagi mengenalmu.

Malam itu malam terkahir kita bertemu, 31 April 2017. Sebuah tanggal di kalender yang akan selalu ku ingat. Malam perpisahan kita tanpa saling menatap. (ah, jika saja kau tahu alasanku tak menatap)
Malam itu di tempat pertama kali kau menyatakan cinta menjadi tempat pertama kali pula kau berdusata, menjadi tempat perpisahan kita.

Aku hilang arah, ketika kau mengatakan hal yang lain, sementara orang lain mengatakan hal yang lain pula. Hai, mengapa kalian, dua orang yang paling ku cinta tega mendusta, berbohong dan menusukku begitu tajam. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya, aku hancur, bahkan aku bisa dibilang gila. Tak tahu siapa yang bisa ku percaya!

Aku terluka.

Sebulan sudah setelah bukti itu ada, 14 hari sudah ketika kita resmi berpisah. Masih saja aku menangisimu, bahkan ketika menulis seperti saat ini.
Empat belas hari sudah, dan ku lihat kau berbahagia dengan hidupmu sekarang.
Empat belas hari sudah aku berpikir keras tentang seluruh kesalahan yang mungkin pernah ku lakukan hingga kau dengan begitu mudahnya pergi.
Empat belas hari sudah, dan kau sudah memberi tahukan dunia bahwa kau sudah punya yang baru.
Sementara aku,
Empat belas hari empat belas malam berdo'a agar kau diberikan hidayah, diberikan keselamatan, dan diingatkan tentang aku walau sedikit saja. Ah, masih saja aku mendo'akanmu.
Empat belas hari dan aku masih menangis ketika kembali teringat kenangan itu.

Disana ku lihat kamu tetap baik-baik saja, seolah semua yang terjadi di antara kita bukan hal yang penting.
Betapa mudah bagimu melupakan kita, yang bagiku itu merupakan hal terindah.
Kau bermain-main dengan hidupmu yang baru,
Kamu tidak mau tahu, apa aku masih kuat saat hatiku kau buat terlalu patah.
Aku benci denganmu
Kau telah berhasil mematahkan hatiku, membuatnya tak pernah utuh lagi.
Kau, ah aku tak tahu lagi harus berkata apa. Aku takut.
Takut ketika kata-kataku menjadikan aku sama seperti dia di masa lalumu.
Kau, wajahmu masih sering muncul di kepalaku bahkan saat aku menutup mata.
Andai aku tahu akhir kisah kita, andai aku bisa memutar waktu takkan aku mau mengenalmu. Takkan aku memintamu pada Tuhanku. Takkan ku katakan pada dunia kau yang ku mau, lelaki sepertimu yang ku ingin.

Beri tahuku caramu melupakanku, agar ku lakukan dan melupakan serta membuangmu di memoriku otakku. 

Sesak. Sakit. Terluka. Marah. Benci.
Aku tak sehebatmu dalam perkara melupakan, Tidak bisa bagiku secepat itu merelakan.
Namun aku coba untuk membunuh semua hal tentangmu.
Hanya saja aku butuh waktu, semuanya memang tidak mudah bagiku.
Kau sudah membuang sesuatu yang ku namai cinta dan rindu,
berat langkah kaki ini saat kau memintaku untuk pergi,
apa ini caramu menepati janji-janji,
bagian mana dari diriku yang membuatmu pergi dan meragukanku.
Bisakah kau beri penjelasan, meski akhirnya hati dan perasaanku tetap saja kau tandasakan
Bisakah kau mencoba mengajarkan cara memahami bagaiaman menerima perasaan tetap sama
saat oarang yang kita cintai pergi
Itulah yang kini kurasakan, lalu bagaimana dengan perasaanmu?
Jujur, saat ini aku berada di titik paling membencimu, ku akui aku belum ikhlas melepasmu, dan itu yang paling ku benci. Karena, aku pernah begitu tenggelam dalam keadaan sangat mencintaimu.

Masih saja namamu tetap terucap di tiap do'aku. Tetap saja aku mendo'akan keselamatan akanmu, kebahagian atasmu, dan jauhnya karma darimu. Tapi salahkah aku jika ada sedikit kata dalam hati yang mengingkan kau untuk merasakan sakit yang sama. 

Bloggerperempuan

Blogger Perempuan
 
Catatan Si Butet Blog Design by Ipietoon