Untukmu, Wanita yang Kini Telah Menggantikanku, Aku Titip Dia Padamu


Hai ..

Perkenalkan, aku adalah masa lalu kekasihmu. Tenanglah, kamu tidak perlu marah atau kesal padaku. Aku tidak memiliki niat untuk merebutnya. Aku hanya ingin mengenal sosok yang telah berhasil menggantikanku.

Mungkin kini kamu bertanya-tanya apa maksudku. Mungkin kamu merasa aku datang untuk merusak hubunganmu dengannya. Iya kan? Sudah kukatakan sebelumnya, aku hanya ingin mengenalmu, sosok wanita yang telah menggantikanku. Hanya itu.

Hallo cantik apa kabarnya priaku dulu ? apa dia sehat ? apa dia masih sering ngemil?

Semenjak perpisahan kami, aku sudah tidak tahu lagi kabar dia sekarang, aku sudah tidak tahu jadwal kerjanya full-week atau week-days saja, aku sudah tidak tahu apa dia masih hobi utak-atik listrik atau mungkin dia punya hobi baru denganmu, dan aku sudah tidak tahu segalanya kabar tentang dia. Mungkin sekarang kamu yang tahu semua segalanya tentang dia, sekarang kamu yang menemani segala hal tentangnya.

Kini, sedikit demi sedikit kau telah mampu menggeser posisi ku di hatinya, yang selama ini belum ada yang mampu melakukannya. Bahkan mungkin kini seluruh hatinya untukmu. Percayalah, hanya butuh sedikit usaha lagi sampai aku benar-benar tergantikan olehmu.

Hai kamu, aku hanyalah masa lalu nya. Dan kamu adalah masa depannya. Dia sekarang milikmu, begitu juga aku yang telah memiliki penggantinya. 

Saranku yang lebih dulu mengenalnya, tak perlu kau bandingkan dirimu dengan diriku. Kita berbeda, kesamaan kita hanyalah mencintainya itu pun dulu sewaktu aku masih untuknya. Aku dan dia memiliki banyak perbedaan namun kenyamanan kala itu membuat perbedaan menjadi tak tampak. Bahkan yang tak mungkin dirasakan dan dilihat oleh orang, kami merasakannya walau bermil-mil jarak kami kala itu. Tapi itu pula lah yang menjadi senjata pemusnah dalam hubungan kami. Tapi kamu berbeda, sikapmu, kedekatan kalian, jarak yang tak begitu jauh. Tetaplah menjadi dirimu yang sekarang, karena sosok sepertimu lah yang sangat dibutuhkannya.

Jangan takut aku akan merebutnya darimu, itu takkan pernah ku lakukan, denganmu dia berbeda dia lebih hidup dibandingkan denganku. Dan kami memang berbeda, semesta takkan pernah menyatukan kami berdua. Aku di sini pun telah berbahagia. Aku tahu, dia orang yang baik, dia akan mencintaimu dengan segenap raganya, karena dia melakukan itu padaku. Dahulu.

Padamu, bolehkah aku meminta satu hal? Tolong jaga dia ya. Tolong genggam tangannya dan tuntunlah ia ketika ia mulai memilih jalan yang salah atau ragu. Tolong dampingi ia sampai akhir hidupnya. Aku akan selalu mendoakan kebahagiaan kalian.

Aku, yang pernah ada di hatinya, kini mengikhlaskannya untukmu

Pergilah, kejarlah mimpimu!

“Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
–Tere Liye, novel “Sunset Bersama Rosie”

Petikan novel yang ditulis oleh Tere Liye seolah menggambarkan seluruh perasaan saat ini, entah bagaimana lagi agar rindu ini bisa bermuara. 
Sejak perjumpaan kita malam itu kau bagai hilang ditelan bumi. Pergi entah kemana, entah kau sengaja menghilang, atau memang menunggu aku untuk mencarimu. Tapi aku percaya kau pasti datang, pasti.

Mungkin saat ini aku hanya harus menunggu lebih sabar, aku tahu keti
ka kau katakan kau baik-baik saja maka semesta pun akan menjagamu, dan aku percaya ketika kau mengalami kesakitan dan kesulitan semesta akan bekerja untuk memberi tahu kabar padaku. 
Tapi kemana aku harus berlari ketika rindu itu ini kembali datang. Pernahkah kau mendengar sebait percakapan tentang menunggu dan mencari, jika belum maka akan ku ingatkan kau kembali.
“Jangan sengaja pergi agar dicari. Jangan sengaja lari agar dikejar. Berjuang tak sebercanda itu.” | “Jangan baru mencari saat sudah terlanjur pergi. Jangan baru mengejar saat sudah jauh berlari. Menunggu tak seasyik itu.”

Aku tahu pasti kau sedang berjuang, mengumpulkan pundi demi pundi biaya untuk masa depan keluargamu dan kita (ah, semoga saja 'kita' itu ada). Dan aku di sini pun berjuang menuntut ilmu dan menggali ilmu bagi anak-anak kita, aku di sini pun mendo'akanmu. Aku tahu banyak mimpimu yang ingin kau kejar, aku pun begitu. Aku takkan melarang dan membatasi ruang gerakmu, aku mendukungmu, aku hanya mampu berdo'a pada Illahi Robbi kita akan bertemu ketika mimpi-mimpi telah selesai kita kejar, sehingga hanya kebahagian yang akan kita tatap.

Cepatlah pulang, cepatlah kembali seperti dulu, aku akan menunggu walau menunggu itu tidak asyik, namun setelah kau kembali jangan harap untuk pergi, pintu rumah telah aku kunci. Ya rumahmu, dan kuncinya adalah aku. Aku yakin itu, aku percaya itu, karena kau telah berjanji dan tak pernah berbohong.  Cepatlah kembali, dan segera kita susun rencana bahagia kita


PESAN SINGKAT UNTUK KEKASIH

Kekasih, apakah Kau terlalu lelah akan harimu
Duakali sudah aku menelponMu
Tapi Kau abaikan aku

Kekasih, semoga malam ini lelahmu akan menghilang
Sehingga esok bisa kau sambut dunia dengan senyuman
Semoga aku cukup pulsa menelponMu tigakali lagi
Jawablah walau sekadar sapaan pagi Abang!

Seseorang yang Aku Panggil Abang

Dear You,
Surat ini aku tulis lagi  mungkin kamu sudah bosan dengan segala keluh kesahku. Ya aku tahu ini kedengarannya terlalu berlebihan, namun aku tak tahu harus berbicara seperti apalagi ketika bertemu denganmu. Lidahku terlalu kelu untuk berbicara denganmu.

Hari-hari berlalu, aku dan kamu masih saling berbagi. Kamu membawa banyak orang baru dalam hidupku, kamu memperkenalkan dunia baru, kamu mengajakku keluar dari zona nyaman. Kamu memang bukan pria yang yang sama, yang membuat duniaku berhenti seperti pria yang dulu. Tapi perasaan membutuhkanmu ini tumbuh berlahan, menjalar di setiap urat nadiku.

Berlebihankah aku? Itulah cahaya yang mulai menyala di dalam diriku, kamu. Mungkin sekarang aku mulai memberikan serpihan cintaku sedikit demi sedikit padamu, tanpa aku sadari. Kamu memang bukan seperti narkoba yang membuatku menjadi candu akanmu, aku bisa tahan jika tidak melihat senyummu itu, telingaku tidak dipenuhi nada-nada suaramu, tapi seluruh sendiku akan bangun ketika melihatmu, tanpa sadar bibirku akan melengkung dan senyuman ini hanya untukmu, sadarkah dirimu?

Hangat yang menjalari setiap inci kulitku saat tanganmu menyentuh telapak tanganku. Kamu bertanya bagaimana rasanya memelukmu? Tentu saja hangat, sehangat saat matahari terbit mulai menaiki cakrawala dan memancarkan cahayanya pada bumi. Aku hafal bau tubuhmu, bau tubuhmu menyentuh saraf hidungku, menjalar di setiap sudutnya dan tersimpan rapi dalam otakku.

Bolehkah aku menggambarkan sosokmu?  Kamu itu seperti magis, yang menggoda setiap mata untuk selalu menatapmu. Aku cemburu saat melihat mata para wanita itu sangat buas seakan ingin sekali menerkammu. Tidak bisakah kamu mengurangi daya magismu? Tidak bisakah daya magis itu hanya untukku?

Cemburuku bukan hanya tentang wanita-wanita yang siap menerkammu saja ketika melihat perlakuan penuh cintamu padaku, namun pada wanita-wanita yang telah lebih dulu kamu peluk sebelum aku, wanita yang sempat tertulis namanya di lubuk hatimu.Wanita yang masih kamu ingat bentuk wajah dan berapa lama kalian mengikat jalinan asmara. Iya, aku cemburu. Tak bisakah ketika kamu bersamaku kita melupakan wanita-wanita yang meninggalkanmu ketika kamu susah, tak bisakah kamu melihatku sebagai wanita masa depanmu yang selalu ada. Seperti aku, pernahkah kamu mendengar aku membandingkanmu dengan pria masa laluku, menyebut nama pria itu di hadapanmu. Aku tahu, aku dan mereka berbeda seperti kau dengan pria masa laluku pun memiliki perbedaan. Maka biarkan masa lalu itu terkubur saja, di suatu tempat yang kita sebut sebuah pelajaran.

Nur

Cahaya...
Itu aku, juga Kau
Cahaya di atas Cahaya...
Itu Kau, bukan juga aku

Mungkin aku terlambat mencintaiMu
Ya, aku memang terlambat mencintaiMu
Kau... Keindahan yang begitu lama
Namun selalu begitu baru

Aku berkeliaran mencariMu di luar
Salah di sana dan tersesat begitu jauh
Kau ternyata menemuiku di dalam
Tepat di sini dan mendamai begitu dekat

Terlambat aku mencintaiMu
Tapi selalu siaga Kau menyambutku
Aku harus berterimakasih padaMu
Setidaknya untuk bukan cuma itu

Source: Wurdiyah Nur

#DearFebruari



Februari…
Tak bisakah kau berhenti,
Aku takut menemuimu, aku malu padamu
Bahkan aku tak tahu dengan apa yang hendak terkatakan

Februari…
Masihkah kau seperti tahun kemarin
Memberikan rona merah, kuning, dan hijau
Tanpa biru di sana

Februari…
Menghilang saja dari dinding di kamarku
Dari saraf-saraf setiap inci memoriku
Setidaknya hingga abu-abu berubah menjadi putih
Hingga bisa ia menjadi merah, kuning ataupun hijau
Seperti kemarin,
Dan bisa saja putih itu tergantikan dengan merah jambu
 
Februari…
Ku mohon berhentilah untuk sejenak lalu pergilah

Medan,
-10 Februari 2016-

Tak Mengapa Kalau Cemburu..!

Medan, 10 Februari 2016

Hari ini aku senang, hari ini aku mendengar getar suara cemburumu, membuat gelak tawa di sekeliling kamar. Katamu kau cemburu dengan social media yang aku punya, dan kesal dengan tingkahku lebih mementingkan dunia maya dibandingkan kau. Hahaha :D
Bukankah seharusnya aku yang sering cemburu Sayang, dahulu kau juga seperti itu dan aku mengatakannya. Lalu ketika aku melakukan hal yang sama kau marah. Tapi, aku suka.Karena ini pertama kalinya, itu membuktikan kau telah mulai untuk mengutamakanku dan merindukanku.

Untuk pertama kalinya aku mendengar getar suara itu, suara yang selama tujuh bulan belum pernah aku dengar. Cemburumu begitu indah. Sungguh Sayang aku tidak melakukan hal yang kau tuduhkan, kelupaan untuk melihat telpon gengam yang dari kemarin hanya ku letakkan di dalam tas. Ku pikir kau takkan berubah, namun aku salah, kau melakukan hal yang aku mau. Of course I love it. Now, you treat me like you princess kan...?

Aku menyanyanggimu Bang, dan takkan ku biarkan orang akan mengambil waktumu sedetik pun di dalam hariku, kita akan selalu mengingat tanpa harus diingatkan meskipun kadang tak terlihat namun kita selalu mengingat dalam do'a, seperti kataku setelah telepon " kita akan selalu mengingat tanpa harus diingatkan karena kita akan saling mengisi".


Kapan Menyusul?



Hatiku gembira bukan kepalangan, mendapati 3 undangan pernikahan di hari yang sama. Ya, dua teman SD dan satu teman SMA ku akan melepas masa lajangnya. Bukan tak ingin menghadiri acara karal kalian, hanya saja hatiku belum mampu untuk menjawab pertanyaan yang akan menyusul oleh orang tua kalian teman-teman.
Dan surat ini aku tuliskan sebagai jawaban atas pertanyaan ibu bapakku, dan ibu bapak kalian.

Untuk kalian yang sering bertanya kapan menyusul...
Untuk kamu yang bertanya "mana pacarnya?" saat sedang ke acara nikahan...
Untuk beliau yang mencoba menjodohkan anaknya denganku....

Di usiaku sekarang, obrolan tentang pasangan hidup dan pernikahan bukan hal yang asing lagi. Sudang banyak juga teman-teman sekolah dan bermain yang menikah bahkan sudah memiliki lebih dari dua anak, hei mantan ku saja sudah memiliki 3 anak bahkan. Aku tak bermasalah dengan hal itu.

Namun ada hal wajib yang ditanyakan saat datang ke acara perikahan dan itu membuatku sedikit risih. Kapan menusul?

Pertanyaan klasik yang dulu sering aku anggap remeh. Sekali-dua kali aku bisa menjawab dengan guyunan, insyaallah tahun depan. Tapi setelah sering kali pertyaan itu mampir dan ditanyakan oleh orang yang sama, aku hanya mampu tersenyum dan menjawab, mohon doanya biar cepat menyusul. Bukan aku memilih-milih pasangan yang akan dinikahkan, orang tuaku saja sudah memberikan kandidatnya yang tak bisa dipandang sebelah mata. "Abang" saja pun sudah melebih ekspesktasiku. Tapi memang belum saatnya.

Aku baru 25 tahun, dua pulih lima tahun. Tidak terbanyang mereka yang lebih tua dariku dan masih sendiri. Mereka pasti sudah banyak makan asam gram pertanyaan kapan menyusul?

Aku menghargai pertanyaa itu sebagai bentuk perhatian dan doa kalian dan beliau-beliau yang aku tuakan. Semakin banyak yang bertanya, semakin banyak juga orang yang medoakan isn't is? Aku mencoba berpikirpositif saja.

Namun bagiku kini, pernikahan bukan hal yang utama meski usiaku sudah mempuni. Bukan karena aku belum yakin akan pilihanku. Tapi ada fokus lain yang lebih penting, seperti kuliah dan karir yang sedang ku tapaki sekarang. Lagian bukankah sebuah pernikahan dan hidup berumah tangga butuh biaya yang tidak sedikit. Membagi fokus untuk dua hal saja aku sudah kelimpungan, apalagi tiga hal bukan hal yang mudah untukku.
Jadi biarkan aku  fokus pada mimpiku dulu.

salam cinta, 
dari seseorang yang sering mendapat pertanyaan, kapan
menyusul.
 

Kamu kapan sidang?




Untuk teman-teman seangkatan yang masih berjuang menyelesaikan tesis...

Untuk kamu yang sering ditanya kapan sidang..
.


Kamu tahu selain pertanyaan kapan menyusul, ada pertanyaan lain yang sama menakutkannya. Pertanyaan yang siap meneror mahasiswa tingkat akhir sepertiku?

Gimana tesisnya?

Sudah sampai bab berapa?

Kapan sidang?

Pertanyaan ajaib yang mengiringi setiap langkahmu di kampus, bahkan dimana saja kamu berada. Bukan hanya dosen, teman satu angkatan, adik tingkat, dan ajaibnya ibu kantin KCL (begitu kita menyebutnya) seolah tahu wajah-wajah mahasiswa tingka akhir sepertiku.

Belum lagi mamak dan ayah yang tiap kali telepon menanyakan perkembangan tugas akhirku itu.

Tak apa, teman. Jadikan pertanya-pertanyaan itu sebegai pemicu semangatku untuk menyelesaikan tesis. Dan jangan bosan untuk bertemu dengan dosen pembimbing ya (bahkan sampai dia muntah-muntah). : D


Percayalah mak yah, di sini pun aku berjuang. Kaki menjadi kepala, kepala menjadi kaki, pagi jadi malam, siang terus berjalan dan malam ku jadikan pagi. Itu semua aku lakukan demi menyinggungkan senyum kebanggaan pada kalian berdua.
 
Untuk kamu yang besok akan mengahadapi sidang tertutup....

Selesai mengerjakan tesis bukanlah sebuah akhir. Sidang tertutup menjadi klimaks dari semua perjuanganmmu selama dua tahun atau lebih. Kamu harus mempertanggung jawabkan tesismu dihadapan dosen penguji dan dosen pembimbing.

Aku tidak akan bertanya bagaimana kabarmu, Karena aku tahu betul bagaimana perasaan deg-deganmu saat itu. Memikirkan kemungkinan pertanyaan yang diajukan dosen penguji.

Teman, tenangkan dirimu. Walaupun tak bisa menyelesaikan tesis bersama. Aku selalu mendukungmu dari sini. Doakan aku dan kutunggu kabar baik dari kalian teman-teman.


Salam cinta,
dari temanmu yang sedang berjuang menyelesaikan tesis.

Sepucuk Surat Dari Wanitamu

Dear Abang,
Untuk kali ini izinkan aku menulis, lidahku terlalu kelu untuk mengatakan semuanya.
Diriku terlalu malu untuk mengungkapkannya. Maka melalui tulisan ini aku harap kau mau membaca, tak dimengerti pun tak apa, asal sudi bagimu untuk mengetahui isi hatiku.

Kita sudah mengenal setahun yang lalu, dan menjadi dekat sejak  7 bulan terakhir ini, banyak cerita yang sudah ku jabarkan tentangmu, asa meraih masa depan bersama sudah ku rakit, mencoba menjadi teman terbaik sudah ku lakukan. Namun, entah mengapa perasaan ini selalu datang kala aku di kesunyian malam.

Sayang, entah dengan cara apa aku mengungkapkannya, semoga dengan tulisan ini kau mampu untuk memahami apa yang selama ini aku simpan, dan aku tutupi erat-erat. Semoga dengan ini pula aku mampu terlepas dari jeratan dan teriakan-teriakan malam yang selalu membunuhku.

Abang, mungkin bagimu aku jarang menyatakan cinta, sayang, aku lebih sering merengek mengatakan aku rindu. Percayalah sayang, jauh dari sifat malu ku, sungguh aku mencintaimu bahkan sebelum kau menungkapkannya 7 bulan silam. Aku sayang padamu sejak pertama kau percaya menceritakan masa lalumu padaku, aku membutuhkanmu sejak pertama kali kau menolongku.
Aku bukanlah perempuan yang sering mengumbar kata cinta. Aku hanya bisa mengadu cinta pada Rabb-mu. Sungguh sayang, hanya namamu yang aku panggil di sembahyang malam, hanya keberkahan rezekimu yang ku minta untuk di masa depan.

Sayang,
Belakangan ini aku sering merengek, menjadi manja dan kekanak-kanakan itu semua aku lakukan untuk menuntut perhatian darimu, aku ingin menjadi seorang yang selalu kau rindukan dan kau perdulikan bukan hanya sekedar menjadi teman sarapan, makan siang dan malam. Jujur aku sedikit cemburu dengan teman-temanmu yang selalu kau berikan waktu, untukku hanya sekali seminggu itupun harus aku yang menuntut. Bukan sayang, bukan aku tidak bersyukur dengan waktu yang kau berikan, hanya saja itu kurang bagiku, rasa rinduku ini terlalu besar dari pada tiga atau empat jam waktu yang kau berikan, itupun dikurangin dengan kesibukan antara kau dan pekerjaan atau handphonemu.

Sayang, tadi ketika kita bertemu (tentu setelah aku merengek malamnya) tak sengaja ku lihat namaku di handphone mu masih memakaiembel-embel nama kampusku nama yang seharusnya tak ada, apakah terlalu banyak nama yang mirip dengan namaku, ataukah namaku tak terlalu indah hingga kau tak berniat menggantinya. Bang, haruskah aku yang meminta hal sekecil ini, tak bisa kah kau buat di situ sebutan "adek" yang sering kau berikan, sebagaimana aku menyebutmu "abang" di handphoneku.

Malam ini aku ingin menulis semua kegundahan hatiku, ku harap kau tak bosan membacanya.

Tujuh bulan kita bersama, dan Februari ini sudah delapan bulan aku menjadi milikmu dan kau menjadi milikku, namun entah kenapa aku menjadi ragu, ragu akan menatap masa depan kita. Bukan Bang, ini bukan salahmu. Mungkin hanya aku yang sedikit melankolis kali ini. Bang, aku bersyukur memilikimu, aku bersyukur Tuhan memberikanmu untukku, namun ada yang ingin aku tanyakan padamu, dan seharusnya ini aku tanyakan ketika kita bertemu. Do you still love me, Bang?

Aku bukanlah perempuan yang cantik, bahkan terkadang aku minder dan malu dengan penampilanku sendiri, aku bukanlah perempuan yang pintar, kuliah saja belum lulus, aku bukan terlahir dari keluarga kaya bahkan sering berhutang pada teman-temanku. Entah dengan alasan apa kau dulu menyukaiku, dan entah dengan alasan apa hingga kini kau masih bertahan denganku.
Jika suatu hari jerawatku kian bertambah, jika suatu hari badanku kian kurus, dan aku menjadi jelek, masihkah kau mencintaiku?
Jika nanti tiba masanya aku dan kau harus dipisahkan oleh jarak Medan-Pekanbaru, masihkah kau mencintai dan setia padaku?
Jika aku menjadi miskin hingga tak bisa memberikan yang kau mau, masihkah kau ada dan mau bersama denganku?

Bang, jika kau ingin mengetahui isi hatiku, inilah jawaban atas semua pertanyaanmu.
Iya, aku menyukaimu dengan teramat.
Iya, aku mencintaimu dengan segenap jiwa, hingga tiada sisa.
Iya, aku membutuhkanmu seperti tubuh membutuhkan oksigen.
Iya, aku menyanyanggimu seperti Adam menyanyanggi Hawa.
Iya, aku merindukanmu seperti bunga merindukan kumbang.

Bang, untuk saat ini, bolehkah aku yang bertanya, apakah kau mencintaiku? Karena aku ragu denganmu. Belakangan ini kau seolah acuh denganku, kau selalu menghilang. Jika memang kau tak ingin bersamaku, atau bosan lebih baik kau katakan. Sifatmu terlalu aneh, Tingkahmu membuatku takut. Takut untuk kehilanganmu.
Untuk sesaat kau pasti akan mengatakan, kau mencintaiku, menyanynggiku, kau terima aku apa adanya, aku pasti senang dan aku akan bersyukur, namun aku tahu itu hanya untuk sesaat untuk menghilangkan rasa raguku pada hari itu saja. Jangan sayang. Lebih baik kau katakan jika marah padaku, katakan bila kau ingin aku menjadi seperti yang kau mau, aku akan mencoba sebisaku. Aku ingin menjadi yang terbaik, menjadi yang selalu kau ingat, menjadi yang kau mau, hingga kau tak berniat meninggalkanku, karena rasa ini sudah keberikan untukmu semuanya, hingga tak ada sisa untuk orang lain.
Aku janji takkan berbohong, aku janji takkan menuntutmu, aku janji takkan meminta jajan yang mahal-mahal dan menghabiskan uangmu. Asal kau mau berjanji memberi tahu kau ingin aku seperti apa, agar kau tak bersifat dingin begini. Kalau saja waktu bisa diputar kembali seperti katamu, aku ingin kau yang dulu yang hangat saat ada di sampingku, saat kau pertama kali menggemgam tangaku, memelukku, mengacak jilbabku. aku ingin kau menjadi 5 bulan yang lalu.

Abang, aku mencintaimu, aku menyanyanggimu, boleh aku tahu perasaanmu? Bang, aku tak ingin menuntutmu, memintamu menikahiku 2 tahun lagi. Tidak bang, aku tak ingin itu, aku akan menantimu hingga kau siap. Bang, tolong jujur padaku, benarkah perasaanmu, jujurkah ia? Bang, aku bukanlah tipekal wanitamu, aku sadar itu, namun kenapa kau memilihku? Boleh aku mengetahuinya, sekedar mengingat dan menyakinkan diriku sendiri atas apa yang kau pilih. Bang, aku bukan perempuan pintar, urusan pekerjaanmu aku pun tak mengerti, tapi bolehkah aku masuk di dalamnya, masuk ke dalam duniamu?
Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui kau akan mencari seketaris untuk mengatur jadwalmu. Aku langsung terpikir akan sulit bagiku lagi untuk bertemu dan berkomunikasi denganmu, bolehkah aku cemburu?

Sayang, aku bukan jenuh akan hubungan ini, aku hanya sebatas takut, takut kau pergi dan meninggalkanku setelah hati ini kau ambil sepenuhnya. Sayang, jika kau membaca ini ketahuilah aku sedang memikirkanmu, menunggu untuk terus mencintaiku.

Dariku

Wanita yang dipenuhi rasa meragu

Hari ke 3

Hari ke 3

Semakin cepat waktu berlalu ya darl, aku semakin takut kamu cepat-cepat pulang dan kita akan segera menjalankan hubungan jarak jauh. Yah, 3 hari 72 jam kita habiskan bersama, entah akan menjadi apa kala aku rindu kamu.
Hari ke tiga kita habiskan dengan membantumu mengurus izin usaha, biar ada usaha kita di sini dek, itu ucapmu. Jadilah di hari ke tiga kita hanya berjalan-jalan seadanya.




Siang itu begitu terik hingga kita putuskan untuk beristirahat dan sholat di mesjid favoritku, ya mesjid ar-rahman salah sau icon kota Pekanbaru.

Seperti kataku, mesjid Ar-rahman merupakan salah satu mesjid impian ku saat akan mengucapakn ijab-qabul pada masa depan, kau hanya menatapku yang sedang bersemangat bercerita tentang mesjid ini.
Entah kenapa aku suka suasana dan tempat ini, Bang. Jika suatu hari kita berjodoh da kita ada rezeki semoga kita kelak bisa menwujudkan salah satu mimpi ku. || Kau hanya tersenyum, semoga ya Dek|| * dalam hati aku pun mengaminkannya*||
Lalu kita pergi ke tempat tujuan kita masing-masing bersuci untuk mengahadap Sang Khalik. Hingga aku bertemu dengan seorang ibu-ibu di tempat wudhu perempuan.
Jumpa ibu2 di tempat wudhu.
Ibu2 : mba jerawatnya bersemi kali ya? Udah nikah?
Aku : heheh iya bu, belum nikah.
Ibu2 : biasa itu, ntar pas nikah juga hilang.
Aku : *diam* duluan ya bu, sambil aminin dalam hati segala doa2nya tadi.
(Lalu ngacirr)

Kesimpulan (jumpa ibu2 di bus trans, mesjid, bus makmur, doanya sama semua ) Aamin ya Allah

Hari ke 2

Hari ke 2

Sesuai rencana awal, aku ingin merasakan rasanya dijemput oleh pacar di rumah, dan kau memutuskan untuk berjalan kaki dari hotel ke rumahku. Tadinya kita ingin mengurus urusan kerjaanmu di kawasan Gubernuran, namun rencana kita berubah. Ya, Aulia ingin ikut, dan kita pun merubah rencana menjadi pergi "pacaran" dengan penguntit kecil.

Yang kita lakukan hari itu hanya makan, lihat-lihat kidz stattion dan nonton star wars. Hey lihat siapa yang selalu tertidur kala nonton. You did it Bang,.
Mengelilingin kota Pekanbaru dengan kau, dan Aulia walau hanya berjalan kaki + bus trans + angkot merupakan hal yang takkan pernah terlupakan.
I love both of you...

H 2 C (Harap-harap Cemas)

Sore hari ketika kita menyelesaikan urusan inap menginap mu, kita bertemu teman-teman terdekatku. Betapa kagetnya mereka kala melihatmu. Senang bercampur bangga, how luck am i? itu ucapku.
Ya bang betapa beruntungnya aku mendapatkan mu. 
Trans Hotel menjadi pilahan kita kala itu, selain lokasi dekat rumah, lumayan murah juga di kocek. Biar g terlalu terkuras isi dompetmu Bang.
Melihat kau menata pernak-pernik selama 5 hari membuat aku hanya bisa tertawa. So, sembari nunggu my prince ini aku ke lobby  untuk menanti teman-teman dan kita pun berbincang, bercanda, dan menghabiskan sisa waktu sembari nunggu maghrib.

Malamnya eksekusi pun dimulai, kau berbincang dengan ayahku. Ah its  a long time in my life, senang, bercampur dag dig dug, takut, semua menyatu. Kita bukan ingin terburu-buru, namun ini lah waktu yang tepat, karena ayah akan pergi dinas ke luar kota.
"Bismillah ya dek"
"semoga semuanya lancar ya Sayang, apapun hasilnya adek sayang Abang".
___________________________________________________________________________________
Sejam, dua jam, tiga jam, tak jua ku dengan ayah mengatakan setuju, justeru ia malah sibuk dengan pekerjaannya kala itu. Hingga aku datang dari balik ruangan menanyakan jawabannya. And you know my dad said "YES".
Kita cuma tatapan, yang kala itu aku sambil berdo'a "semoga semuanya akan seperti ini, semoga kau dan aku selamanya. Terima kasih semesta"

What was d Best Happen in 2015?

hi hi hi aku kembali.....
woowww triple wooww buat akhir tahun 2015

Ha... Sudah hampir akhir Januari saja, ga terasa satu bulan di 2016 bakal berakhir, apa yang akan terjadi, biarkan jadi rahasia semesta dan Allah. Namun kejadian di akhir 2015 sesuatu yang tak pernah ku duga.

Yes he did

Ga pernah nyangka ya Bang, hal yang tak pernah ku bayangkan terjadi. Ya kau lah jawaban dari doa-doa ku selama ini. so let me tell to the world what was happpen!

2 minggu setelah Mamak pulang dari Medan kita meet up seperti biasa. Yah, kita ngobrol ngalor ngidul berbicara tentang kejadian seminggu yang kau dan aku alami. Sampai kau bertanya.
" so, How?| what about?| ur mom?| she like you, ya... cuma kalau memang serius dan g main-main harus datang ke rumah, ke Pekanbaru. see| When?| haa? * tampang bego*| kapan kita pulang?| kita?| ya, you and i.| 

Yeayyy Ulala :D * dancing, dancing* 

Dan semua kita atur, hingga tanggal 19 tanggal yang kita pilih. and i realized itu malam minggu pertama kita tanpa laporan, berdua, sepanjang malam. Don't ask me what will happened. we were slept. Gila ya, 15 jam di jalan berdua kami cuma tidur.

 H 1

 Ulala... we arrived in Pekanbaru disambut dengan cuaca kala itu panas. Telpon Taxi, and then picked up him to hotel, tapi karena jamnya pas banget dengan ganti shift jadilah kami cuma lihat-lihat doank, dan ke rumah untuk makan siang dan ketemu orang tua aku.

Dek, itu mereka?? || ya, kenapa Bang?
wowww Abang ga percaya aja, down to earth kali ya Ayah.
hahaha....

Sebenarnya sih ngga ada yanng terlalu serius siang itu, kecuali tatapan kagetnya untuk pertama kali lihat Tuan Putrinya tanpa make up dan natural....


 this pic we taken before gone ^_^


Bloggerperempuan

Blogger Perempuan
 
Catatan Si Butet Blog Design by Ipietoon