Seseorang yang Aku Panggil Abang

Dear You,
Surat ini aku tulis lagi  mungkin kamu sudah bosan dengan segala keluh kesahku. Ya aku tahu ini kedengarannya terlalu berlebihan, namun aku tak tahu harus berbicara seperti apalagi ketika bertemu denganmu. Lidahku terlalu kelu untuk berbicara denganmu.

Hari-hari berlalu, aku dan kamu masih saling berbagi. Kamu membawa banyak orang baru dalam hidupku, kamu memperkenalkan dunia baru, kamu mengajakku keluar dari zona nyaman. Kamu memang bukan pria yang yang sama, yang membuat duniaku berhenti seperti pria yang dulu. Tapi perasaan membutuhkanmu ini tumbuh berlahan, menjalar di setiap urat nadiku.

Berlebihankah aku? Itulah cahaya yang mulai menyala di dalam diriku, kamu. Mungkin sekarang aku mulai memberikan serpihan cintaku sedikit demi sedikit padamu, tanpa aku sadari. Kamu memang bukan seperti narkoba yang membuatku menjadi candu akanmu, aku bisa tahan jika tidak melihat senyummu itu, telingaku tidak dipenuhi nada-nada suaramu, tapi seluruh sendiku akan bangun ketika melihatmu, tanpa sadar bibirku akan melengkung dan senyuman ini hanya untukmu, sadarkah dirimu?

Hangat yang menjalari setiap inci kulitku saat tanganmu menyentuh telapak tanganku. Kamu bertanya bagaimana rasanya memelukmu? Tentu saja hangat, sehangat saat matahari terbit mulai menaiki cakrawala dan memancarkan cahayanya pada bumi. Aku hafal bau tubuhmu, bau tubuhmu menyentuh saraf hidungku, menjalar di setiap sudutnya dan tersimpan rapi dalam otakku.

Bolehkah aku menggambarkan sosokmu?  Kamu itu seperti magis, yang menggoda setiap mata untuk selalu menatapmu. Aku cemburu saat melihat mata para wanita itu sangat buas seakan ingin sekali menerkammu. Tidak bisakah kamu mengurangi daya magismu? Tidak bisakah daya magis itu hanya untukku?

Cemburuku bukan hanya tentang wanita-wanita yang siap menerkammu saja ketika melihat perlakuan penuh cintamu padaku, namun pada wanita-wanita yang telah lebih dulu kamu peluk sebelum aku, wanita yang sempat tertulis namanya di lubuk hatimu.Wanita yang masih kamu ingat bentuk wajah dan berapa lama kalian mengikat jalinan asmara. Iya, aku cemburu. Tak bisakah ketika kamu bersamaku kita melupakan wanita-wanita yang meninggalkanmu ketika kamu susah, tak bisakah kamu melihatku sebagai wanita masa depanmu yang selalu ada. Seperti aku, pernahkah kamu mendengar aku membandingkanmu dengan pria masa laluku, menyebut nama pria itu di hadapanmu. Aku tahu, aku dan mereka berbeda seperti kau dengan pria masa laluku pun memiliki perbedaan. Maka biarkan masa lalu itu terkubur saja, di suatu tempat yang kita sebut sebuah pelajaran.

0 comments:

Post a Comment

Bloggerperempuan

Blogger Perempuan
 
Catatan Si Butet Blog Design by Ipietoon